Trauma
abdoemen dapat dibagi menjadi trauma tembus dan trauma tumpul. Akibat
dari trauma dapat berupa perforasi ataupun perdarahan. Kematian karena
trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.
Tipe Cedera
Berdasarkan organ yang terkena dapat dibagi menjadi dua :
· Pada organ padat, seperti hepar, limpa dengan gejala utama perdarahan.
· Pada organ berongga seperti usus, saluran empedu dengan gejala utama adalah peritonitis.
Mekanisme Trauma
A. Trauma Tembus Abdomen
Luka tusuk ataupun luka tembak akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong.
Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka tembus abdomen, sebab usus mengisi sebagian besar rongga abdomen.
Manifestasi Klinis
Trauma tembus dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis jika mengenai organ berongga intra peritonial. rangsangan peritonial timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut.
1. Gaster yang bersifat kimia à onsetnya paling cepat. (akan terjadi peradangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis yang hebat)
2. Kolon yang berisi feses à
onsetnya paling lambat. (mula-mula tidak terdapat gejala karena
mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak baru setelah 24
jam timbul gejala akut abdomen karena perangsangan peritonium)
Pada
luka tembak atau luka tusuk tidak perlu lagi dicari tanda-tanda
peritonitis karena ini merupakan ”indikasi untuk segera dilakukan
laparotomi eksplorasi”.
B. Trauma Tumpul Abdomen
Mekanisme
terjadinya trauma pada trauma tumpul disebabkan adannya deselarasi
cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai kelenturan
(noncompliance organ) seperti hati, limpa, pankreas, dan ginjal.
Manifestasi Klinis
- Adanya darah atau cairan usus akan menimbulkan rangsangan peritoneum berupa nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri lepas, dan kekuatan dinding perut.
- Adanya darah juga dapat ditentukan dengan adanya sfitting dullness (bunyi redup ketok yang berpindah).
- Rangsangan peritoneum dapat pula berupa nyeri alih di daerah bahu teritama sebelah kiri.
Pada
trauma tumpul seringkali “diperlukan observasi dan pemeriksaan
berulang” karena tanda rangsangan peritoneum bisa timbul perlahan-lahan.
Penegakkan diagnosis
Anamnesis
Pada luka tusuk, tanyakan :
- waktu terjadinya trauma, jenis senjata yang dipergunakan (senapan, pistol, pisau) jarak dari pelaku, jumlah tikaman atau tembakan, dan jumlah perdarahan eksternal yang tercatat ditempat kejadian.
Pada luka tumpul, tanyakan :
- jika mengalami kecelakaan kendaraan bermotor ; kecepatan kendaraan, jenis tabrakan, posis pasien dalam kendaraan (sebagai penumpang atau pengemudi)
- Diagnosis perdarahan intraabdomen akibat trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan akibat trauma tajam. Untuk membantu menentukan apakah ada perdarahan dapat dibantu edngan metode VON LANY à dengan membandingkan leukosit dengan eritrosit setiap setengah jam. Bila leukosit terus meningkat sedangkan eritrosit menurun tanpa tanda-tanda radang, ini memberikan petunjuk adanya perdarahan.
Pemeriksaan Fisik
Setelah pasien stabil yaitu airway, breathing, circulation baru kita lakukan pemeriksaan fisik. INGAT !! syok
dan penurunan kesadaran dapat menimbulkan kesulitan dalam pemeriksaan
abdomen karena akan menghilangkan gejala perut. Jejas di dinding perut
menunjang terjadinya trauma abdomen.
- Inspeksi
Diperiksa
tanpa pakaian. Eksplorasi seluruh lapang pandang abdomen. Apakah ada
memar, laserasi, liang tusukan, benda asing yang menancap, usus yang
keluar.
- Auskultasi
Periksa
bising usus. Darah bebas di retroperitoneum ataupun gastrointestinal
dapat mengakibatkan ileus, yang mengakibatkan hilangnya bising usus.
- Perkusi
Dengan
perkusi ini kita dapat menemukan adanya nada timpani karena dilatasi
lambung akut ataupun adanya perkusi redup bila ada hemoperitoneum.
- Palpasi
Menemukan nyeri lepas, menunjukkan adanya peritonitis, yang biasanya kontaminasi isi usus.
Lain-lain
- Evaluasi luka tusuk
- Menilai stabilitas pelvis
- Pemeriksaan penis, perineum, dan rektum
- Pemeriksaan vagina
- Pemeriksaan gluteal
Pemeriksaan
lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan colok dubur untuk
mengetahui adanya cedera anorektal atau uretra, pemasangan kateter untuk
mengetahui adanya darah pada saluran kemih, dan monitoring produksi
urin. Pemasangan kateter dilakukan setelah dipastikan tidak terdapat
cedera uretra dengan colok dubur. dan pemasangan NGT untuk mengetahui
adanya perdarahan saluran cerna atas dan dekompresi lambung.
Pemeriksaan Tambahan
- Pemeriksaan tambahan tidak boleh sampai menghambat transportasi pasien.
Pemeriksaan radiologi à Foto
polos abdomen 3 posisi; yang perlu diperhatikan adalah tulang belakang,
pelvic, benda asing, bayangan otot psoas dan udara bebas intra atau
peritoneal.
IVP atau Sistogram hanya dilakukan bila dicuragai adanya trauma saluran kencing.
DPL (Diagnostic
Peritoneum Lavase)dilakukan untuk mengetahui adanya cairan
intrabdominal. Hasilnya positif bila cairan yang keluar kemerahan,
adanya empedu, ditemukannya bakteri atau eritrosit > 100.000/m3;
leukosit > 500/m3 dan kadar amylase > 100U/100ml.
Penatalaksaan Pada Trauma Tajam
Hal
umum yang perlu mendapatkan perhatian adalah atasi dahulu ABC bila
pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksaan abdomen itu
sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostik, harus
segera dipasang untuk mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah.
Sedangkan kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan
menilai urin.
Penatalaksaan
pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah
atau abdomen berbeda-beda. Namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan
tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani eksprolarasi bedah,
tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan
hemodinamik stabil.
Semua
luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus di eksplorasi terlebih
dahulu. Bila luka menembus peritoneum maka tindakan laparotomi
diperlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya
bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rektum, adanya
udara bebas intraperitoneal, dan lavase peritoneal yang positif juga
merupakan indikasi melakukan laparatomi. Bila tidak ada, pasien harus
diobservasi selama 24 sampai 48 jam. Sedangkan pasien luka tembak
dianjurkan agar dilakukan laparatomi.
Penatalaksanaan Pada Trauma Tumpul
Hal
umum yang perlu dilakukan atasi dahulu ABC, bila pasien telah stabil
baru kita memikirkan penatalaksaan abdomen itu sendiri. Pipa lambung
selain berguna untuk diagnostic hal ini juga dipasang untuk mencegah
terjadinya aspirasi bila terjadi muntah.
Pada
trauma tumpul, bila terdapat tanda kerusakan intra peritoneum harus
dilakukan laparotomi, sedangkan bila tidak pasien hanya diobservasi
selama 24-48 jam.
No comments:
Post a Comment