Friday, July 20, 2012

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode kontrasepsi sempurna belum dapat diciptakan oleh manusia. Setiap metode kontrasepsi mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing.terkadang seorang wanita mencoba berbagai macam alat kontrasepsi sebelum menemukan metode kontrasepsi yang cocok dan memuaskan.(Jawapost,2009)
 Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (KB). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan pilihannya.(Biran affandi, 2006)
 Klien yang mendapat konseling dengan baik akan cenderung memilih alat kontrasepsi dengan benar dan tepat, pada akhirnya hal itu juga akan menurunkan tingkat kegagalan KB dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak di inginkan.( Jawapost,2009)
Interaksi atau konseling yang berkualitas antara klien dan provider (Tenaga Medis) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan bagi keberhasilan program keluarga berencana (KB). Sangat mudah di mengerti jika hal itu membuat tingkat keberhasilan KB di Indonesia menurun.  (Jawapost,2009)
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),Pada tahun 2008 sampai saat ini dari 200 juta kehamilan per tahun 58 persennya (75 juta) adalah KTD, karna kegagalan pemakaian KB, Dua pertiga dari 75 juta kehamilan itu berakhir dengan aborsi disengaja, 20 juta di antaranya dilakukan secara tidak aman. Aborsi tidak aman tersebut 95 persen terjadi di negara berkembang .(Kompas,2009)
 Menurut hasil survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2007-2008 jumlah besar sembilan persen dari jumlah total pasangan usia subur. Kelompok pertama ini meliputi ibu yang mengalami kegagalan kontrasepsi. Hasil SDKI 2007-2008 15,6% istri pengguna kontrasepsi pil yang tetap hamil, sedangkan pengguna IUD 8,4% dan untuk pengguna suntik 5,9%.seharusnya petugas kesehatan/bidan lebih banyak memberikan konseling/penyluhan sebelum pasien memilih alat kontrasepsi yang akan dipakai. ( Sinarharapan,2009).
 Hasil studi pendahuluan di puskesmas grajagan pada bulan juni 2009 Memilih atau menentukan alat kontrasepsi yang tepat merupakan masalah tersendiri bagi ibu yang ingin KB.seperti yang terdapat pada data akseptor KB baru di puskesmas grajagan,di mana 80% peserta akseptor baru memakai metode Suntik. data tersebut menunjukan kurangnya pengetahuan ibu dalam Menentukan kapan, berapa jarak (Interval) untuk mempunyai anak. Merundingkan dengan suami adalah salah satu langkah yang tepat dalam menetapkan metode kontrasepsi apa akan yang digunakan. Oleh karena itu keputusan untuk memilih kontrasepsi ada pada keputusan bersama.(data puskesmas Grajagan,2009).
Dengan demikian keputusan klien berada diluar kompetensi bidan. Jika klien belum mempunyai keputusan,oleh karena sebab ketidaktahuan klien tentang informasi kontrasepsi yang tepat digunakan oleh klien, dengan menggunakan beberapa alternatif sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki. (IBI, 2006).

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini di batasi hanya sebatas tahu tentang pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumusan masalah sebagai berikut :Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas terhadap pemilihan alat kontrasepsi yang tepat di puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas terhadap pemilihan alat kontrasepsi yang tepat di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis.
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik mengenai pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
2. Secara Praktis.
Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
3. Bagi Peneliti.
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu pada bidang Asuhan kebidanan nifas khususnya pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Dasar Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior)
Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut :
1) Awareness (Kesadaran)dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2) Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap obyek mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini bearti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. (Notoatmodjo, 2003)
b. Tingkat Pengetahuan
1). Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pada tingkatan ini (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajati yang telah diterima oleh sebab itu tahu adalah pengetahuan paling rendah.
2). Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasi secara benar. Orang yang telah memahami obyek atau materi harus bisa menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dll.
3). Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi juga bisa diartikan penggunaan hukum-hukum, metode. Prinsip dan sebagai berikut dalam konteks atau situasi yang lain.
4). Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau obyek ke dalam komponen”, tetapi masih didalam stuktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5). Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis bisa diartikan kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi - formulasi yang ada.
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilainan ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :
1). Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
2). Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikanyang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai” yang di perkenalkan.
3). Intelegensi
pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu – ibu atau masyarakat yang intelagensinya tinggi akan banyak berparisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.
4). Sosial ekonomi
mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari social ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masadepannya, tetapi bagi ibu – ibu atau masyarakat yang social ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan
5). Sosial budaya
dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai – nilai social, keagamaan dalam memperkuat super egonya.
6). Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis. (Notoadmodjo, 2005).
7). Lingkungan
Lingkungan berpikir luas tingkat pengetahuannya lebih baik dari pada orang yang tinggal di lingkungan yang berpikirnya sempit.
d. Kriteria Pengetahuan
1. Penilaian baik
Bila prosentase hasil : 76 – 100 %
2. Penilaian cukup
Bila prosentase : 56 – 75 %
3. Penilain kurang
Bila prosentase : 40-55 %
4. Penilaian tidak baik
Bila prosentase : <40 style=""> (Arikunto,2006)
2. Konsep Dasar Nifas
a. Masa Nifas
Masa nifas (Peurperium) adalah di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.(Hanifa wiknjosastro,2002).
Masa peurperium atau masa nifas setelah partus selesai, dan berakhir kurang lebih 6 minggu. Tetapi alat genetal baru pulih seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sarwono, 2006).
Nifas adalah Periode 6 minggu pasca persalinan, disebut juga masa involusi (Periode di mana sestem reproduksi wanita postpartum kembali kepada keadaannya seperti sebelum hamil). Di Indonesia : periode 40 hari.(Dhyanti dan Muki,2009)
b. Perawatan Pasca Persalinan.
1) Mobilitas.
Karena telah sehabis bersalin, ibu harus istirahat/tidur. Tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian miring untuk mencegah terjadinya trombosis dan beraktivitas sesuai kesanggupannya.
2) Diet.
Makanan harus bermutu bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya kencing dapat di lakukan sendiri secepatnya, kadang kencing wanita mengalami sulit kencing karena Stengfar Utetra ditekan oleh kepala janin dan iritasi M-Sphincter ani selama persalinan.
4) Defekasi.
Buang air besar harus di lakukan 3-4 pasca persalinan.
5) Perawatan Payudara.
Dianjurkan sekali untuk menyusukan bayi.
6) Laktasi.
7) Pemeriksaan pasca persalinan.
a) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
b) Keadaan umum : suhu badan dan selera makan.
c) Payudara, ASI, puting susu.
d) Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum.
e) Sekret yang keluar, misal Lochia, Flour albusi.
f) Keadaan alat-alat kandungan.
8) Nasehat untuk ibu post natal.
a) Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.
b) Sebaiknya bayi di susui.
c) Kerjakan Gimnastek sehabis bersalin.
d) Melakukan KB.
e) Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi.
c. Tujuan Masa Nifas
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, dan sebagai berikut.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Hanifa wiknjosastro,2002)
Tujuan masa nifas sangat penting terutama untuk mencari kemungkinan ada infeksi, membicarakan tentang metode KB untuk menjarangkan kehamilan.
3. Konsep Dasar Alat Kontrasepsi
a. Pengertian Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara dapat juga bersifat fermnen, penggunaan kontrasepsi ini merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Sarwono Prawirohardjo, 2006).
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (KB).Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada.
Sikap yang baik petugas kesehatan dalam melakukan konseling bagi calon klien KB:
1) Memperlakukan klien dengan baik.
2) interaksi antara petugas dengan klien.
3) memberikan informasi yang baik dan benar.
4) menghindari pemberian informasi yang berlebihan.
5) membahas metode yang di ingini klien.
6) membantu klien untuk mengerti dan mengingat(Biran affandi,2006)
b. Metode Alat Kontrasepsi
1) Kontrasepsi Kombinasi (Estrogen dan Progesteron)
Macam-macam alat kontrasepsihormon estrogen :
a). Pil kombinasi
Jenis pil kombinasi antara lain :
(1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
(2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dengan dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
(3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.(Biran Affandi, 2006).
Cara kerja pil kombinasi :
(a) Menekan ovulasi.
(b) Mencegah implantasi.
(c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
(d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.
Manfaat dari pil kombinasi :
(1) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(2) Siklus haid teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia) tidak terjadi nyeri haid.
(3) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
(4) Mudah dihentikan setiap saat.
(5) Dapat digunakan kontrasepsi darurat.
(6) Dapat digunakan usia remaja sampai menopause
Keterbatasan pil kombinasi :
(1) Mahal dan membosankan karena harus digunakan setiap hari.
(2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
(3) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama.
(4) Pusing.
(5) Nyeri payudara
(6) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI)
Yang dapat menggunakan pil kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi seperti :
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak ataupun yang belum
(3) Gemuk atau kurus
(4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
(6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberi ASI eksklusif, sedangkan semua kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
(7) Pasca kegugguran
(8) Anemia karena haid berlebihan
(9) Nyeri haid hebat
(10) Riwayat ektopik
(11) Kencing manis tanpa komplikasi ginjal, pembuluh darah.
Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi adalah :
(1) Hamil atau dicurigai hamil
(2) Menyusui eksklusif
(3) Perdarahan pervaigna yang belum diketahui penyebabnya
(4) Penyakit hati akut (hepatitis)
(5) Perokok dengan usia > 35 tahun
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah >180/110mmHg
(7) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun
(8) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.
(9) Migrain dan gejala neurologik fokal(elipsi/ riwayat epilepsi)
(10) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
b) Suntikan Kombinasi
Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depomedroksi progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol sipionat yang diberikan injeks I.M sebulan sekali (cylofeni), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali. (Biran Affandi.2006).
Cara kerja suntikan kombinasi
(1) Menekan ovulasi
(2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu
(3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu
(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keuntungan kontrasepsi suntik kombinasi :
(1) Resiko terhadap kesehatan kecil
(2)Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
(3)Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
(4)Jangka panjang
(5)Efeksamping sangat kecil
(6)Mengurangi jumlah perdarahan
(7)Mengurangi nyeri saad haid
Kerugian memakai suntik kombinasi
(1) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spoting atau perdarahan sela 10 hari
(2) Mual,sakit kepala, nyeri payudara ringan, keluhan ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
(3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan klien harus kembali 30 hari untuk mendapatkan suntikan
(4) Penambahan berat badan
(5) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Yang boleh menggunakan suntik kombinasi
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
(3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tingggi
(4) Menyusui ASI pasca persalinan >6 bulan
(5) Pasca persalinan dan tidak menyusui
(6) Anemia
(7) Nyeri haid hebat
(8) Haid teratur
(9) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
Yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi
(1) Hamil atau diduga hamil
(2) Menyusui dibawah 6 bulan pasca persalinan
(3) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya
(4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)
(5) Usia >35 tahuhn yang merokok
(6) Riwayat kelainan tromboemboli atau kencing manis > 20 tahun
(7) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala/ migran.
2) Kontrasepsi Progeston.
a).Kontrasepsi Suntik Progestin
Tersedia 2 jenis Kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
(1) Depo Medroksi Progesteron Asetat (depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara suntikan Intra Muskular (didaerah bokong)
(2) Depo Noretisteron Enantat (depo noeisterat), yang mengandung 200 mg Poretindron Enantat, diberikan setaip 2 bulan dengan cara disuntikkan IM
Cara kerja
(a) Mencegah ovulasi
(b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
(c) Menjadikan slaput lendir rahim tipis
(d) Mengambat transportasi gamet oleh tuba
Keuntungan suntik progesteron yaitu :
(a) Sangat efektif
(b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
(c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
(d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembetulan darah.
(e) Tidak memiliki pengaruh terhadap asi
(f) Sedikit efek samping
(g) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai peri menopaus.
(h) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang pagul
Keterbatasan suntik progesteron yaitu :
(a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
(1) Siklus haid yang memendek atau memanjang
(2) Perdarahan haid yang banyak atau sedikit
(3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak(spotting)
(4) Tidak haid sama sekali
(b) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum diberikan
(c) Permasalahan berat badan merupakan efek saping tersering
(d) Terlambatnya kembali kesuburan setelah pengehentian pemakaian
(e) Terjadi pada perubahan lipid serum pada penggunaan jangka panjang
Yang dapat digunakan suntik progestin :
(a) Usia reproduksi
(b) Nuli para dan telah memiliki anak
(c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi
(d) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
(e) Setelah abortus atau pengguguran
(f) Telah banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi
(g) Tekanan darah <>
(h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(i) Anemia defisiensi besi
(j) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
Yang tidak boleh menggunakan suntik progestin :
(a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000kelahiran)
(b) Perdarahan pervagina
(c) Penderita kanker payudara
(d) Diabetes melitus disertai komplikasi
b). Kontrasepsi Pil Progestin (Mini Pil)
Jenis minipil dengan kemasan isi 35 pil dan kemasan isi 28 pil.
Cara kerja mini pil yaitu :
(1) Menekan sekresi gonadrotropin dan sintesis sreroid seks di ovarium (tidak begitu kuat)
(2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.
(3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
Keuntungan kontrasepsi ini yaitu :
(a) Sangat efektif bila digunakan secara benar
(b) Tidak mengganggu hubungan seksual
(c) Tidak mempengaruhi Asi
(d) Kesuburan cepat kemabli
(e) Nyaman dan mudah digunakan
(f) Sedikit efeksamping
(g) Dapat dihentikan setiap saat
(h) Tidak mengandung estrogen.
Keterbatasan yaitu :
(a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
(b) Meningkatkan penurunan berat badan
(c) Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama
(d) Bila lupa 1 pil saja kegagalan lebih besar
(e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing dermatitis, jerawat
Yang boleh menggunakan minipil
(a) Usia reproduksi
(b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak
(c) Pasca persalinan dan tidak menyusui
(d) Menginginkan metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui
(e) Pasca keguguran
(f) Perokok segala usia
(g) Mempunyai tekanan darah tinggi.
Yang tidak boleh menggunakan minipil
(a) Hamil atau diduga hamil
(b) Perdarahan pervagina dan belum jelas penyebabnya.
(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
(d) Sering lupa menggunakan pil
(e) Mioma uterus, progestin yang memicu pertumbuhan mioma
(f) Riwayat stroke
3) Kontrasepsi Implan
Jenis Implan
(a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut di isi dengan 36 mg levonergestrel dan lama kerjanya 5 tahun
(b) Implanon
Terdiri dari 1 batang putih telur, di isi dengan 68 mg 3 – keto – desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
(c) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levanor gestrel dengan lama kerja 3 tahun
Cara kerja Implan
(1) Lendir serviks menjadi kental
(2) Membantu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
(3) Mengurangi transportasi sperma
(4) Menekan ovulasi
Keuntungan kontrasepsi implan
(1) Daya guna tinggi
(2) Perlindungan jangkan panjang (sampai 5 tahun)
(3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
(4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
(5) Bebas dari pengaruh estrogen.
(6) Tidak mengganggu kegiatan sanggama.
(7) Tidak mengganggu ASI.
(8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
(9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti:
(1) Nyeri kepala.
(2) Peningkatan/penurunan berat badan.
(3) Nyeri payudara.
(4) Perasaan mual.
(5) Pening/pusing kepala.
(6) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
(7) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
(8) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
(9) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).
Yang Boleh Menggunakan Implan
(1) Usia reproduksi.
(2) Telah memiliki anak ataupun yang belum.
(3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
(5) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
(6) Pascakeguguran.
(7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
(8) Riwayat kehamilan ektopik.
(9) Tekanan darah <>
(10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
(11) Sering lupa menggunakan pil.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan
(1) Hamil atau diduga hamil.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
(3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
(5) Miom uterus dan kanker payudara.
(6) Gangguan toleransi glukosa.
4) Kondom
Kondom terdiri dari 2 jenis yaitu kondom wanita dan kondom pria. Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada tapi belum populer dengan alasan ketidak nyamanan(berisik).
Cara kerja kondom adalah:
(a). Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tidak masuk ke reproduksi perempuan.
(b). Mencegah IMS dan HIV/AIDS dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
Manfaat Kontrasepsi kondom
(1) Efektif bila digunakan dengan benar
(2) Tidak menganggu reproduksi Asi
(3) Tidak mengganggu kesehatan klien
(4) Murah dan dapat dibeli secara umum
Keterbatasan kontrasepsi kondom
(1). Efektifitas tidak terlalu tinggi
(2). Cara penggunaan sangat mempengaruhi kontrasepsi
(3). Harus tersedia setiap kali berhubungan seksual
(4). Beberapa klien malu untu membeli kondom ditempat umum
Sesuai untuk pria yang:
(1)Ingin berpartisipasi dalam program KB
(2)Ingin segera mendapat alat kontrasepsinya
(3)Ingin kontrasepsi sementara
(4)Berisiko tinggi tertular/ menularkan IMS
Tidak Sesuai untuk pria
(1)Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan
(2)Alergi terhadap bahan dasar kondom
(3)Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
(4) Tidak peduli berbagai persyaratan kontrasepsi(Biran Affandi.2006).
5) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR)
Alat kontrasepsi dalam rahim adalah suatu alat yang dimasukkan dan disimpan dalam rongga rahim dengan tujuan mencegah atau menjarangkan kehamilan dalam jangka waktu yang lama.
Jenis-jenis AKDR
Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :
a). Bentuk terbuka seperti: lippes loop, cupper -1, cupper -7, margulies, spring coil, multiload, Nova-T, dan lain-lain.
b). Bentuk tertutup seperti : ota ring, antigon, grafeen bergring, hall-stone ring, dan lain-lain.
Menurut tambahan obat atau metal, AKDR dibagi menjadi :
(1) Medicated IUD, misalnya Cupper-T-200, Cupper-T 220, dan sebagainya.
(2) Unmedicated IUD misalnya Lippes 100P, marguiles, dan lain-lain.
Indikasi AKDR
(a) Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih
(b) Ingin menjarangkan kehamilan
(c) Sudah cukup anak hidup
(d) Berusia diatas 35 tahun
Kontra Indikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
(a) Kehamilan
(b) Peradangan panggul
(c) Perdarahan uterus yang abnormal
(b) Tumor pada organ panggul
(c) Malformasi rahim
(d) Nyeri haid hebat
(e) Anemia berat dan gangguan pembuluh darah
(f) Penyakit jantung rematik
Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
(a) Hanya satu kali pemasangan
(b) Tidak ada efek sistematik
(c) Dapat mencegah kehamilan dalam waktu panjang
(d) Efektifitas tinggi
Efek samping Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
(a) Nyeri dan mules
(b) Perdarahan
(c) Keputihan
(d) Dismenorhe
(e) Disparonea
(f) Infeksi
(g) Kehamilan dengan IUD insitu
(h) IUD tertanam dalam dinding rahim. (Harnawatiaj,2008).
6) Kontrasepsi Mantap
a). Tubektomi
Jenis kontrasepsi mantap diantaranya :
(1) Minilaparotomi
(2) Laparoskopi
Mekanisme kerja
Dengan mengaklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cicin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
Manfaat KB MANTAP :
(a) Sangat efektif
(b) Tidak mempengaruhi proses menyusui
(c) Tidak bergantung pada faktor senggama
(d) Baik bagi lien apabila kehamilannya akan menjadi resiko
(e) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Keterbatasan kontrasepsi mantap
(a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini(tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi rekanaliasi
(b) Klien dapat menyesal dikemudian hari
(c) Resiko komplikasi kecil
Yang dapat menjalani tubektomi yaitu :
(a) Usia >26 tahun
(b) Paritas > 2
(c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
(d) Pada kehamilan akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
(e) Pasca persalinan
(f) Pasca keguguran
Yang tidak dapat menjalani tubektomi yaitu :
(a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
(b) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
(c) Infeksi sistemik
(d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan
7) Metode Keluarga Berencana Ilmiah (KBA)
Macam-macam KBA :
a) Metode lendir serviks (Metode Ovulasi Billings /MOB)
b) Card yang kurang efektif misal sistem kalender atau pantang berkala
c) Dan metode suhu basal
Untuk Kontrasepsi :
Senggama dihindari pada masa subur dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari uang vagina. Untuk menghitung masa subur memakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi 18. antara kedua waktu senggama dihindari.
Manfaat KBA :
(1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
(2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
(3) Tidak ada efek samping sistemik
(4) Murah atau tanpa biaya
Keterbatasan KBA :
(1) Sebagai kontrasepsi sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian)
(2) Keefektifan tergantung dari kemauan dan dispilin pasangan untuk mengikuti instruksi
(3) Dibutuhkan pelatih /guru KBA (Bukan Tenaga Medis)
(4) Perlu pantang selama masa seubur untuk menghindari kehamilan
(5) Perlu pencatatan setiap hari
(6) Termometer basal digunakan untuk metode tertentu
Yang dapat menggunakan KBA :
(1) Semua perempuan semasa reproduksi baik siklus normal atau tidak normal
(2) Semua perempuan baik paritas berapapun termasuk nulipara
(3) Perempuan kurus ataupun gemuk
(4) Perempuan merokok
(5) Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain
(6) Perempuan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.
Yang seharusnya tidak memakai KBA :
(1) Perempuan dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya
(2) Perempuan belum mendapat haid (Menyusui, segara setelah abortus) kecuali Metode Ovulasi Billings (MOB)
(3) Perempuan yang tidak suka menyentuh alat genetalianya
8) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelamin (Penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasinya.
Cara kerja senggama terputus :
Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan kehamilan dapat dicegah.
Manfaat senggama terputus :
a) Efektif bila dilaksanakan dengan benar
b) Tidak menggangu produksi asi
c) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
d) Tidak ada efek samping
e) Dapat digunakan setiap waktu
f) Tidak membutuhkan biaya
Keterbatasan senggama terputus :
a) Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun)
b) Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis
c) Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual
Dapat dipakai untuk :
a) Suami yang ingin berpartisipasi dalam KB
b) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
c) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sampai menunggu metode lain yang lain
d) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung
e) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
Tidak dapat dipakai untuk :
a) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
b) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
c) Istri yang mempunyai pasangan sulit bekerjasama
d) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
9) Metode Amenorea Laklasi (MAL)
Merupakan kontrasepsi yang mengandalakan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman lainnya.
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
a) Menyusui secara penuh (Full Breast Feeding), lebih efektif bila pemberian 7/8 x sehari
b) Efektif sampai 6 bulan
c) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya
Cara kerja Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Penundaan/penekanan ovulasi
Keuntungan kontrasepsi
(a) Efektifitas tinggi (Keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)
(b) Segera efektif
(c) Tidak mengganggu senggama
(d) Tidak ada efek samping secara medis
(e) Tidak perlu pengawasan medis
(f) Tidak perlu obat atau alat
(g) Tanpa biaya
Keterbatasan
(a)Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.
(b)Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial
(c)Efektifitas tinggi sampai kembalinya haid
Yang dapat menggunakan MAL
(a) Ibu yang menyusui secara eksklusif
(b) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan
(c) Belum mendapat mendapat haid setelah meahirkan
Yang seharusnya tidak pakai MAL
(a) Sudah mendapat haid setelah bersalin
(b) Tidak menyusui secara eksklusif
(c)Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
(d) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
(Biran Affandi.2006).


B.

36
Kerangka Konseptual
Tahap yang penting dalam penelitian adalah penyusunan kerangka konseptual. Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan suatu keterkaitan antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). (Nursalam, 2003)

Keterangan :

: Diteliti
: Tidak diteliti
(Nur salam, 2003)
Sumber : Notoatmodjo (2005), Modifikasi Nursalam (2003).
Gambar 2.1 kerangka konseptual pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yamg tepat di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
Penjelasan kerangka konseptual pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yamg tepat
Berdasarkan pengetahuan dari kerangka konseptual di atas dapat di jelaskan bahwa pengetahuan ibu di pengaruhi oleh faktor yang terdiri dari pendidikan, pengalaman, usia, intelegensi, pekerjaan, lingkungan, sosial ekonomi, dan sosial budaya.dari faktor pengetahuan tersebut, semuanya tidak di teliti. Sedangkan pada tingkat pengetahuan yang di teliti hanya pada sebatas tahu saja yaitu tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.


BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancang-bangun Penelitian
Desain penelitian adalah Semua Proses yang diperlukan dalam perencanaan (Moh.Nazir.2005.).Dalam penelitian ini desain yang digunakan yaitu deskriptif, dimana peneliti akan menggambarkan suatu fenomena yang akan diketahui (Suharsimi Arikunto.2006).
Sedang rancang - bangun penelitian yang di gunakan adalah deskriptifkuantitatif.
B. Variabel
Adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini Variabelnya adalah Pengetahuan ibu nifas dan Pemilihan alat kontrasepsi.
  1. . Jenis Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
  1. Definisi Operasional Variabel

38
Menurut Suyanto & Umi Salamah (2009: 25), definisi operasional merupakan teori atau konsep yang telah di jabarkan dalam bentuk variabel penelitian tersebut agar variabel tersebut mudah di pahami, di ukur atau di amati.
Tabel 3.1 : Definisi oprasional pengetahuan, ibu nifas terhadap pemilihan Alat Kontrasepsi yang tepat.
Variabe
Definisi Oprasional
Kriteria
Skala
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat
Segala sesuatu yang di ketahui oleh seorang ibu nifas dalam pemilihan alat kontrasepsi yang tepat,meliputi :
1. pengertian alat kontrasepsi.
2. macam – macam metode kontrasepsi
3. manfaat kontrasepsi
a. keuntungan
b. kerugian
a. baik
76-100%
b.cukup
56-75%
c.kurang
40-55%
d.tidak baik
<40%
(arikunto,2006)
Ordinal
C. Populasi
Polulasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suyanto dan Umi salamah,2009). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu nifas yang menjadi akseptor KB di Puskesmas Grajagan Jumlah 30 orang pada bulan juni sampai agustus 2009(Suyanto dan Ummi salamah,2009).
D. Sampel
adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti Sampel pada penelitian ini adalah ibu nifas yang menjadi akseptor KB di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 30 responden.
Pada penelitian ini menggunakan Teknik totol sampel,dimana yang diambil keseluruhan total populasi yang ada. (Suharsimi Arikunto, 2006).
E. Lokasi dan Waktu Penelitan
a. Lokasi
Penelitian dilakukan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai bulan 19 juli sampai 6 agustus 2009.
F. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan maka peneliti memperoleh dengan cara peneliti terlebih dahulu meminta surat pengantar dari institusi, setalah mendapat persetujuan dari bidan, peneliti mulai melakukan pengumpulan data. dalam penelitian ini instrument pengumpulan data yang digunakan adalah berupa angket atau kuesioner. Kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah dengan menyediakan pertanyaan kepada sejumlah obyek (Notoatmodjo, 2005).
Dalam pengumpulan data pada penelitian digunakan alat berupa kuesioner tertutup yang diberikan pada responden yang memenuhi kriteria. Untuk kuesioner pengetahuan ibu tentang perawatan payudara, Bila jawaban benar diberi nilai 1, bila jawaban salah diberi nilai 0. (Yanto dan Ummi, 2009)
Sebelumnya peneliti membuat inform concent (persetujuan) terlebih dulu kepada responden bahwa responden bersedia akan dilakukan penelitian setelah responden setuju baru peneliti membagikan kuisioner tersebut yang berisi daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis.
G. Teknis Analisa Data
Teknik Pengolahan Data
Dari hasil data dengan menggunakan rekam medik secara deskriptif melalui tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase dan narasi .
Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :
  1. Editing
Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan reka medik ini berarti semua data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan.
  1. Coding
Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka untuk setiap jawaban dari kuesioner yang telah disebarkan diberi kode sesuai dengan karakter.
  1. Skoring
Tahap ini di lakukan setelah di tetapkan kode jawaban atau hasil observasi. Sehingga setiap jawaban dari responden atau jasil observasi dapat di berikan skor. Tidak ada pedoman yang baku untuk skoring, namun skoring harus di berikan.
  1. Tabulating
Mentabulasi dengan memuat tabel – tabel sesui dengan analisis yang dibutuhkan.
Analisa data
Untuk variabel pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat di kumpulkan melalui kiesioner kemudian di tabulasi dan di kelompokkan, kemidian di beri skor. Untuk jawaban yang benar di beri nilai 1, sedangkan untuk jawaban yang salah di beri nilai 0. dari hasil jawaban responden, selanjutnya diadakan presentasi dengan membagi frekuensi setiap alternatif jawaban dengan jumlah skor maksimal semua jawaban yang benar kemudian dikalikan 100%. Menurut Eko Budiarto (2002), aspek pengetahuan diukur dengan :
Keterangan :
P : Prosentase
∑F : Jumlah jawaban yang benar
n : Jumlah skor maksimal semua jawaban yang benar
Kemudian data penelitian tersebut di interprestasikan dengan menggunakan kriteria tingkat pengetahuan :
1) Baik : 76 – 100 % (13-16 jawaban yang benar)
2) Cukup : 56 – 75 % ( 9-12 jawaban yang benar)
3) Kurang : 40 - 55 % (5-8 jawaban yang benar)
4) Tidak baik : <40 style=""> (0-4 jawaban yang benar)
(Arikunto, 2006).
H. Etika Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan berbagi prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian yang meliputi :
  1. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Adalah lembar persetujuan yang akan diberikan pada subyek yang akan diteliti.
  1. Anomity (Tanpa nama)
Adalah kerahasiaan identitas responden harus dijaga,oleh karena itu peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden pada pengumpulan data.
  1. Confidentiality (Karakteristik)
Adalah kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya kelompok dan data tertentu apa saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
1. Keterbatasan
Limitas adalah keterbatasan dalam suatu penelitian dan mungkin mengurangi kesimpulan secara umum (Nursalam, 2003).
a. Pengumpulan data dengan kuisioner memiliki jawaban yang dipengaruhi siksp maupun harapan harapan pribadi,sehingga kuisioner bersifat subjektif.
b. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang peneliti buat sendiri dan belum pernah diuji cobakan sehingga reabilitas dan validitasnya perlu di sempunakan.
c. Pengetahuan dan ketrampilan, karena peneliti sebagai peneliti pemula, sehingga banyak kekurangan baik dalam penyusunan atau penulisan.


BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian yang dilaksanankan di Puskesmas grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada bulan Juli.
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Grajagan terletak di desa curah jati. Dibangun diatas tanah + 1000 Ha. Batasan wilayah Puskesmas Grajagan yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Glagahagung Kecamatan Purwoharjo
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pantai Grajagan Kecamatan Purwoharjo
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sumberasri Kecamatan Purwoharjo
Tenaga kesehatan di puskesmas Grajagan antara lain :
a. Dokter umum : 1 orang
b. Dokter gigi : 1 orang
c. Bidan : 11 orang
d. Perawat : 9 orang
e. Text Box: 45Staf TU : 3 orang
2. Data Umum
a. Responden menurut umur
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi umur ibu nifas yang memakai alat kontrasepsi yang tepat di Puskesmas grjagan Tanggal 19 Juli – 6 Agustus Tahun 2009.
No
Usia
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
1.
2.
3.
<20
20-35
> 35
4
23
3
13,33
76,67
10
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui sebagian besar
responden berumur 20 - 35 tahun yaitu 23 responden (76,67%).
b. Karakteristik responden menurut pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan ibu nifas yang memakai alat kontrasepsi yang tepat di Puskesmas grjagan Tanggal 19 Juli – 6 Agustus Tahun 2009.
No
Pendidikan
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
1.
2.
3.
SD
SMP
SMA
9
16
5
30,00
53,33
15,67
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui lebih dari 50 % berpendidikan SMP yaitu 16 responden (53,33%).
c. Karakteristik responden menurut pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan ibu nifas yang memakai alat kontrasepsi yang tepat di Puskesmas grjagan Tanggal 19 Juli – 6 Agustus Tahun 2009.
No
Pekerjaan
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
1.
2.
3.
IRT
Tani
Wiraswasta
21
7
2
70,00
23,33
6,67
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui sebagian besar IRT yaitu 21 responden ( 70,00% )
d. Karakteristik responden menurut sumber informasi
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi sumber informasi ibu nifas yang memakai alat kontrasepsi yang tepat di Puskesmas grjagan Tanggal 19 Juli – 6 Agustus Tahun 2009.
No
Sumber informasi
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
Media cetak
Media elektronik
Penyuluhan
Tidak pernah
mendapat informasi
5
19
2
4
8,33
52,78
25,00
13,89
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui lebih dari 50% memperoleh informasi dari media elektronik yaitu 19 responden (52,78%)
e. Karakteristik responden menurut metode yang digunakan
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi metode kontrasepsi yang digunakan ibu nifas di Puskesmas grjagan Tanggal 19 Juli – 6 Agustus Tahun 2009.
No
Metode
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
1
2
3
4
5
Suntik KB 3 bulan
Mini pil
IUD
Implan
MAL
24
2
2
1
1
80,00
6,67
6,67
3,33
3,33
jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui lebih dari 80% memakai kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu 24 responden (80,00%)
3. Data khusus
Data pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Grajagan Kecamatan purwoharjo Kabupaten Banyuwangi Tanggal 19 Juli – 6 Agustus 2009.
No
Pengetahuan
Frekuensi (f)
Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
Baik
Cukup
Kurang
Tidak baik
3
26
1
-
10,00
86,67
3,33
-
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui lebih dari 80 % berpengetahuan cukup yaitu 26 responden (86,67%).
B. Pembahasan
1. Pengetahuan ibu nifas tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwarjo Kabupaten Banyuwangi.
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu 26 responden (86,67%).
Hasil analisis ini didukung oleh umur responden.Dari data dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu 23 responden (76,67%), berumur < style=""> responden (13,33%), dan yang berumur > 35 tahun yaitu 3 responden (10%)
Usia 20-35 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak banyaknya. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jadi semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat menambah pengetahuan (Nursalam dan Pariani, 2003).
Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang maka akan mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin tua umur responden asalkan dalam batasan reproduktif maka tingkat pengetahuan ibu tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat semakin baik.
Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu 16 responden (53,33%), SD yaitu 9 responden (30%), berpendidikan SMA yaitu 5 responden (15,67%).
Menurut Nursalam (2003) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehangga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi, sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi.
Penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan responden tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat lebih dari 80% yaitu 26 responden (86,67%) cukup. Hal ini dikarenakan informasi mengenai pemilihan alat kontrasepsi yang tepat adalah informasi khusus yang tidak didapat di bangku sekolah atau Perguruan tinggi umum kecuali sekolah kesehatan. Adapun informasi mengenai pemilihan alat kontrasepsi biasanya diperoleh melalui penyuluhan kesehatan atau melalui tenaga kesehatan baik di BPS Puskesmas atau Posyandu.
Faktor lain disebabkan karena status pekerjaan responden lebih sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 21 responden (70,00%) sehingga responden mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi. Responden mempunyai waktu yang kurang untuk mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pemilihan kontrasepsi yang tepat. Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Kuntjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2003), menyebutkan bahwa bekerja umumnya pekerjaan yang menyita waktu untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang benar.
Dengan demikian pemberian informasi tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat yang diberikan akan mudah diterima oleh responden sehingga akan semakin termotivasi untuk melakukan pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
Berdasarkan analisa data didapatkan dari 30 responden lebih dari 60 % yaitu 19 responden (63,33%) mendapatkan informasi dari media elektronik, 2 responden (6,67 %) mendapat informasi dari penyuluhan, dan 4 responden (13,33%) tidak pernah mendapatkan informasi. Informasi tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dari media atau penyuluhan, pencapaian pengetahuan cukup diatas mungkin disebabkan oleh pendidikan responden yang cukup dan memiliki pengetahuan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dan pernah mendapat informasi. Hal ini diperkuat oleh Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut. (Nursalam dan Siti Pariani, 2003).
Berdasarkan analisa data di dapat dari 30 responden sebagian besar memakai kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu 24 responden (80%), 2 responden (6,67%) memakai Mini pil, IUD yaitu 2 responden (6,67%),yang memakai Implan yaitu 1 responden (3,33%), dan 1 respon den memakai MAL yaitu 1 responden (3,33%). Hal ini dapat diperkuat karma faktor pengetahuan yang kurang dan pendidikan yang rendah.menurut Birran affandi (2006) konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (KB) dengan melakukan konseling klien dapat memilih dan menentukan kontrasepsi yang sesuai.
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa penertian ibu tentang pemilihan alat kontrasepsi lebih dari 40% berpengetahuan cukup yaitu 14 responden (46,67%), berpengetahuan kurang yaitu 11 responden (36,66%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang benar pada kuisioner tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Juga dapat dilihat dari latar belakang pendidikan mereka rata-rata cukup yaitu SMP dan SMA, disamping itu juga di tunjang sebelumnya mereka ada yang pernah mendapatkan informasi tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dari media atau penyuluhan, pencapaian pengetahuan cukup diatas mungkin disebabakan oleh pendidikan responden yang cukup dan adanya pengalaman dalam cara pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dan pernah mendapat informasi.
Meskipun ada responden berlatar belakang pendidikan hanya SMP namun pernah mendapat informasi dari media atau penyuluhan dan mempunyai pengalaman tentang pemilihan alat kontrasepsi. Hal ini disebabkan oleh informasi yang didapat menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan pengalaman merupakan guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalamn itu merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dan pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Kurang dari 50% berpengetahuan kurang yaitu 1 responden (3,33%), pencapaian pengetahuan kurang mungkin disebabkan pendidikan yang rendah. Sama sekali tidak mempunyai pengalaman dan tidak pernah mendapt informasi. Hal ini diperkuat oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pengalaman merupakan guru yang baik dan merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat pengetahuan ibu tentang macam – macam metode kontrasepsi diketahui bahwa dari 30 responden kurang dari 40% berpengetahuan cukup yaitu 14 responden (46,67%), berpengetahuan kurang yaitu 11 responden (36,66%), berpengetahuan baik yaitu 4 responden (13,33%), dan berpengetahuan tidak baik yaitu 1 responden (3,33%)
Sebagian besar responden menjawab benar pada item soal yang benar tentang suntik, pil, implan adalah kontrasepsi non hormonal, dikutip oleh (Birran affandi, 2006) hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan mereka yang rata-rata tinggi dan cukup mengkin adanya pengalaman tentang pemilihan metode kontrasepsi disamping itu juga pernah mendapat informasi.
Meskipun ada responden berlatar belakang pendidikan hanya SMP namun pernah mendapat informasi dari media atau penyuluhan dan mempunyai pengalaman tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Hal ini disebabkan oleh informasi yang didapat menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan pengalaman merupakan guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalamn itu merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dan pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan kurang diatas mungkin disebabkan pendidikan responden yang kurang dan tidah pernah mendapat informasi tentang macam – macam metode kontrasepsi dan tidak adanya pengalaman dalam pemilihan alat kontrasepsi. Pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman, fasilitas, dan sosial budaya.
Kurang dari 50% berpengetahuan baik yaitu 4 responden (13,33%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang benar tentang macam –macam metode kontrasepsikontrasepsi pada item kontrasepsi ada 2 jenis yaitu hormonal dan non hormonal hormonal.. Hal ini dapat dilatar belakangi pendidikan yang tinggi, pernah mendapatkan informasi tentang perawatan payudara sekali tidak memiliki pengalaman tentang perawatan payudara. Hal ini diperkuat oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan.
Berdasarkan analisa dan interpretasi data dapat diketahui bahwa sebagian besar berpengetahuan ibu tentang manfaat kontrasepsi cukup yaitu 21 responden (70%), berpengetahuan kurang yaitu 6 responden (20%), dan berpengatahuan baik yaitu 3 responden (10%),
Sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu 21 responden (70%) .Hal ini dilihat dari jawaban yang salah pada item soal salah satu manfaat dari KB suntik adalah tidak mengganggu hubungan sexsual. Dikutip oleh (Birran affandi, 2006). Lebih dari 50% responden berpengetahuan cukup yaitu 40 responden (55,56%). Hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan cukup yaitu SMA, disamping itu juga pernah mendapat informasi tentang manfaat kontrasepsi. Hal ini dapat diperkuat Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang baik yang bermakna bahwa pengalaman itu sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Kurang dari 50% responden memiliki pengetahuan baik yaitu 3 responden (10%). Hal ini dapat diperkuat dengan jawaban responden tentang bagi ibu yang menyusui boleh memakai kontrasepsi Mini pil. Responden pernah mendapatkan informasi dari media dan penyuluhan, dan sebagian besar resonden pendidikan SMP.
Hal ini dimungkinkan karena memahami informasi tentang perawatan payudara yang diperoleh, menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa memahami yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menginterprestasikan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dan dapat di interprestasikan dengan benar.
Kurang dari 50% berpengetahuan kurang yaitu 6 responden (20%). Hal ini dapat dilatar belakangi pendidikan SD dan SMP disamping itu juga tidak pernah mendapatkan informasi dan tidak memiliki pengalaman sama sekali dalam menstimulasi perkembangan anak. Hal ini dapat diperkuat oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan.


BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi lebih dari 80 % berpengetahuan cukup yaitu 26 responden (86,67%).
B. Saran
1. Bagi peneliti.
a. Hendaknya menambah pengetahuan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
b. Menerapkan ilmu yang sudah didapat selama dibangku kuliah dan menambah pengalaman dalam penerapan riset, terutama tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat khususnya bagi ibu nifas.
2. Bagi tempat penelitian.
Dapat mengetahui tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dan diharapkan lebih di tingkat kan konseling yang baik dan mudah dipahami ibu dan suami sehingga mengikut sertakan suami dalam konseling agar dapat memahami tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat
3. Bagi Instansi Kesehatan/ Perpustakaan
a. Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu nifas.
b. Lebih memperbanyak referensi bahan mata kuliah tentang masa nifas dan pemilihan alat kontrasepsi yang tepat.
  1. Bagi masyarakat
Masyarakat aktif mendapatkan informasi tentang pemilihan alat kontrasepsi baik melalui tenaga kesehatan, media penyuluhan dll.


DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih Neni Utami.(2008). “PIL ABORSI, Sebuah Solusi Semu (Mencermati maraknya Pil Aborsi Ilegal di Bandung)”. Sinar Harapan (online). (www.sinarharapan.co.id) diakses 12 Juli 2009.
Affandi, Biran (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: YBP-SP.
Arikunto. Suharsimi, (2006). Produser Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta.RINEKA CIPTA.
Harnawati aj.(2008). “Alat Kontrasepsi Dalam Rahim”. KB Zone (online) No 8 (http://wordpress.com).
Humaniora.(2008). “Pemerintah Wajib Sediakan Pelayanan Kehamilan Lengkap”. Kompas(online) No 18 (http://www2.kompas.com) diakses 12 Juli 2009.
IB.(2009).”Konseling KB Berkualitas Belum Dipahami” IB (online) (http://www.jawapost.com) diakses 4 mei 2009.
IBI. PP. (2006). Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta. IBI,PP.
Muki & Dhyanti (2009).”Nifas” Geocities (online) (http://www.geocities.com) diakses 13 feb 2009.
.Nazir, Moh, Ph.D, (2006). Metode Penelitian. Jakarta.GHALIA INDONESIA, Anggota IKAPI.
Notoatmojo, Soekidjo, (2003). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan. Jakarta.RINEKA CIPTA.
Notoatmojo, Soekidjo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.RINEKA CIPTA.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, . Jakarta.Selemba Medika.
Prawihardjo, Sarwono, (2006). Ilmu Kebidanan, Jakarta:YBP-SP.
Suyanto dan Ummi Salamah, (2009). Riset Kebidanan, Jogjakarta.MITRA CENDIKIA.
Wiknjosastro, Hanifa, (2002). Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan Maternal, Jakarta:YBP-SP.

Description: KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI

No comments:

Post a Comment