Wednesday, October 24, 2012

Pemberian Obat secara Intravena


Pemberian Obat secara Intravena

Pengertian pemberian Cairan Infus Intravena
Infus cairan Intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Beberapa pengobatan seperti transfuse darah dan infeksi lethal yang dapat diberikan secara intravena. Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
  • Pendarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  • Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  • Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  • “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
  • Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
  • Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
  • Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:
  • Pada seseorang dengan penyakit berat
Pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakkan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
  • Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut).
Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal  (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
  • Pasien tidak dapat minum karena muntah
Atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangan pemberian melalui jalur lain seperti rectal (usus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuscular (disuntikkan di otot).
  • Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
  • Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena).
Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavailabilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
Kontraindikasi dan peringatan pada Pemasangan infus Melalui Jalur Pembuluh  Darah Vena
  • Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
  • Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal , kerana lokasi ini akan  digunakan untuk pemasangan  fistula arteri – vena (A – V shunt) pada tindakan hemodaliasis (cuci darah).
  • Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembulah vena di tungkai dan kaki).
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
  • Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum , atau “tusukan”  berulang  pada pembulh darah.
  • Infiltrasi, yakni masuknya cairan infuse ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi  akibat jarum infuse melewati pembuluh darah.
  • Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
  • Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibatmsuknya udara yang ada ke dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:
  • Rasa perih / sakit
  • Reaksi alergi
Jenis Cairan Infus
  • Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan  sekitarnya  (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel – sel yang dituju. Digunakan pada keadan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetic. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba – tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
  • Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada pemyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer – Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam fisiologi (NaCl 0.9%).
  • Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektronik dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meingkatkan produksi urin, dan mengurangkan edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik . Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+ Ringer – Lactate, Dextrose 5% + NaCl 0.9%, produk darah ( darah ), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya :
  • Kristaloid: bersifat isotonik ,maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
    ( volume expanders ) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat , dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera . Misalnya Ringer – Laktat dan garam fisiologis.
  • Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Cntohnya adalah albumin dan steroid.
Komposisi Cairan Kristaloid
Solusi Nama Lain [Na+] [Cl-] [Glukose]
D5W 5% Dextrose 0 0 252
2/3D & 1/3S 3.3% Dextrose / 0.3% saline 51 51 168
Saline Separuh Normal 0.45% NaCl 77 77 0
Saline Normal 0.9% NaCl 154 154 0
Ringer lactate Ringer Lactate 130 109 0
Efek Penambahan 1 Liter
Solusi Perubahan ECF Perubahan ICF
D5W 333mL 667mL
2/3D & 1/3S 556 mL 444mL
Saline separuh-normal 1000mL 0mL
Ringer’s Lactat 900mL 100mL
Kadar Kecepatan Intravena Infus
Faktor Tetes (tetes/mL) 1000mL/6jam  (tetes/min) 1000mL/10jam  (tetes/min) 1000mL/12jam  (tetes/min) 1000mL/24jam  (tetes/min)
10 28 17 14 7
15 42 25 21 10
20 56 34 28 14
60 167 100 84 42
Contoh  Obat yang diberikan secara Intravena :
Aminofusin L 600
Komposisi:

1000 ml larutan infus mengandung:
Asam amino: L-isoleucine 1,55g/l
L-leucine 2,20g/l; Lysine Monohydrochloride 2,509/l; L-Tryptophan 0,45g/l; L-valine 1,50g/l; L-alanine 6,00g/l; L-arginine 4,00g/l; L-glutamic acid 9,00 g/l; Glycine 10,00g/l; L-histidine 1.00 g/l; L-proline 7,00g/l;
Sumber kalori: Sorbitol 50,00g/l; Xylitol 50,00g/l;
Vitamin: Ascorbic acid 0,40g/l; Inocytol 0,50g/l; Nicotinamide 0,06g/l, Pyridoxine hydrochloride (B6) 0,048g/l; Riboflavin 5-phosphate sodium salt (B2) 0,0025g/l.
Electrolit: Pottassium hydroxide 1,68g/l; Magnecium acetate 1,07g/l; Sodium hydroxide 1,60g/l; L-malic acid 2,01g/l.
Dalam air untuk injeksi
Indikasi: Untuk nutrisi parenteral yang lengkap untuk memenuhi hambatan pembentukan protein, elektrolit, energi, vitamin dan air.
Dosis: menurut kebutuhan asam amino, dianjurkan: Dosis: 15-60ml/kg berat badan/ hari (setara dengan 3g sorbitol atau xylitol /kg berat badan /hari atau 0,75-3,00g asam amino/kg berat badan/hari).
Kecepatan infus rata-rata: 3ml/kg berat badan/jam.
Jumlah tetesan/menit: 70 (untuk dewasa dengan berat badan70kg).
Kemasan: dalam botol isi 500ml kemsan klinik 10 botol.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Mycek, Harvey, Champe. 1997. FARMAKOLOGI ULASAN BERGAMBAR. Ed.2. Widya Medika. Jakarta. Hal 2-3.
  2. Mahar Mardjono, Dr, Prof. 1995. FARMAKOLOGI DAN TERAPI. Ed.6. EGC. Jakarta.
  3. Tan Hoan Tjay, Drs. Raharja, Drs. 2003. OBAT-OBAT PENTING. Ed.5. PT Gramedia. Jakarta.
  4. http://en.wikipedia.org/wiki/intravenous_drip.
  5. http://www.online-ambulance.com/articles/doc/3/grp/drugs/pg/i/art/intravenous.htm.
  6. http://www.healthline.com/gate content/intravenous_medication-administration.
  7. www.medicastore.com
Description: Pemberian Obat secara Intravena Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Pemberian Obat secara Intravena

No comments:

Post a Comment