Methylprednisolone |
|
.: Kemasan & No Reg :. |
- METISOL® 4 mg tablet (1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg : DKL0608513610A1.
- METISOL® 16 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : DKL0608513610B1.
|
|
.: Farmakologi :. |
METISOL® mengandung
methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid alamiah (memiliki sifat
menahan garam (salt retaining properties), digunakan sebagai terapi
pengganti pada defisiensi adrenokortikal. Analog sintetisnya terutama
digunakan sebagai anti-inflamasi pada sistem organ yang mengalami
gangguan. Glukokortikoid menimbulkan efek metabolisme yang besar dan
bervariasi. Glukokortikoid merubah respon kekebalan tubuh terhadap
berbagai rangsangan. |
|
.: Indikasi :. |
- Kelainan endokrin : insufisiensi adrenokortikal (hydrocortisone
atau cortisone merupakan pilihan pertama, kombinasi methylprednilosolone
dengan mineralokortikoid dapat digunakan); adrenal hiperplasia
kongenital; tiroid non-supuratif; hiperkalemia yang berhubungan dengan
penyakit kanker.
- Penyakit rheumatik : sebagai terapi tambahan dengan pemberian
jangka pendek pada arthritis sporiatik, arthritis rheumatoid, ankylosing
spondilitis, bursitis akut dan subakut, non spesifik tenosynovitis
akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis post-trauma, dan
epikondilitis.
- Penyakit kolagen : systemik lupus eritematosus, karditis rheumatik akut, dan sistemik dermatomitosis (polymitosis).
- Penyakit kulit : pemphigus, bullous dermatitis herpetiformis,
eritema multiforme yang berat (Stevens Johnson sindrom), eksfoliatif
dermatitis, mikosis fungoides, psoriaris, dan dermatitis seboroik .
- Alergi : seasonal atau perenial rhinitis alergi, penyakit serum,
asma bronkhial, reaksi hipersensitif terhadap obat, dermatitis kontak
dan dermatitis atopik.
- Penyakit mata : corneal marginal alergi, herpes zooster
opthalmikus, konjungtivitis alergi, keratitis, chorioretinitis, neuritis
optik, iritis, dan iridosiklitis.
- Penyakit pernafasan : sarkoidosis simptomatik, pulmonary tuberkulosis pulminan atau diseminasi.
- Kelainan darah : idiopatik purpura trombositopenia, trombositopenia
sekunder pada orang dewasa, anemia hemolitik, eritoblastopenia,
hipolastik anemia kongenital.
- Penyakit kanker (Neoplastic disease) : untuk terapi paliatif pada
leukemia dan lympoma pada orang dewasa, dan leukemia akut pada anak.
- Edema : menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada syndrom nefrotik.
- Gangguan saluran pencernaan : kolitis ulseratif dan regional enteritis.
- Sistem syaraf : eksaserbasi akut pada mulitipel sklerosis.
- Lain-lain : meningitis tuberkulosa.
|
|
.: Kontra Indikasi :. |
Methylprednisolone dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersentitif terhadap komponen obat. |
|
.: Dosis :. |
Dosis awal bervariasi antara 4–48 mg/hari tergantung pada jenis dan
beratnya penyakit, serta respon penderita. Bila telah diperoleh efek
terapi yang memuaskan, dosis harus diturunkan sampai dosis efektif
minimal untuk pemeliharaan. Pada situasi klinik yang memerlukan
methylprednisolone dosis tinggi termasuk multiple sklerosis : 160
mg/hari selama 1 minggu, dilanjutkan menjadi 64 mg/hari selama 1 bulan
menunjukkan hasil yang efektif. Jika selama periode terapi yang
dianggap wajar respon terapi yang diharapkan tidak tercapai, hentikan
pengobatan dan ganti dengan terapi yang sesuai. Setelah pemberian obat
dalam jangka lama, penghentian obat sebaiknya dilakukan secara bertahap.
Pemberian obat secara ADT (Alternate-Day Therapy) : adalah rejimen
dosis untuk 2 hari diberikan langsung dalam 1 dosis tunggal pada pagi
hari (obat diberikan tiap 2 hari sekali). Tujuan dari terapi ini
meningkatkan farmakologi pasien terhadap pemberian dosis pengobatan
jangka lama untuk mengurangi efek-efek yang tidak diharapkan termasuk
supresi adrenal pituitari, keadaan ”Cushingoid”, simptom penurunan
kortikoid dan supresi pertumbuhan pada anak.
Pada penderita usia lanjut : Pengobatan pada
penderita usia lanjut, khususnya dengan jangka lama harus direncanakan
terlebih dahulu, mengingat resiko yang besar dari efek samping
kortikosteroid pada usia lanjut, khususnya osteoporosis, diabetes,
hipertensi, rentan terhadap infeksi dan penipisan kulit.
Pada anak-anak : Dosis umum pada anak-anak harus
didasarkan pada respon klinis dan kebijaksanaan dari dokter klinis.
Pengobatan harus dibatasi pada dosis minimum dengan periode yang pendek,
jika memungkinkan, pengobatan harus diberikan dalam dosis tunggal
secara ADT.
|
|
.: Efek Samping :. |
Efek samping berikut adalah tipikal untuk semua kortikosteroid
sistemik. Hal-hal yang tercantum di bawah ini tidaklah menunjukkan bahwa
kejadian yang spesifik telah diteliti dengan menggunakan formula
khusus.
- Gangguan pada cairan dan elektrolit : Retensi sodium, retensi
cairan, gagal jantung kongestif, kehilangan kalium pada pasien yang
rentan, hipokalemia alkalosis, hipertensi.
- Jaringan otot : steroid miopati, lemah otot, osteoporosis, nekrosis aseptik, keretakan tulang belakang, keretakan pathologi.
- Saluran pencernaan : ulserasi peptik dengan kemungkinan perforasi
dan perdarahan, pankretitis, ulserasi esofagitis, perforasi pada perut,
perdarahan gastrik, kembung perut. Peningkatan Alanin Transaminase (ALT,
SGPT), Aspartat Transaminase (AST, SGOT), dan Alkaline Phosphatase
telah diteliti pada pengobatan dengan kortikosteroid. Perubahan ini
biasanya kecil, tidak berhubungan dengan gejala klinis lain, bersifat
reversibel apabila pemberian obat dihentikan.
- Dermatologi : mengganggu penyembuhan luka, menipiskan kulit yang
rentan, petechiae, ecchymosis, eritema pada wajah, banyak keringat.
- Metabolisme : Keseimbangan nitrogen yang negatif sehubungan dengan
katabolisme protein. Urtikaria dan reaksi alergi lainnya, reaksi
anafilaktik dan reaksi hipersensitif. dilaporkan pernah terjadi pada
pemberian oral maupun parenteral.
- Neurologi : Peningkatan tekanan intrakranial, perubahan fisik, pseudotumor cerebri, dan epilepsi.
- Endokrin : Menstruasi yang tidak teratur, terjadinya keadaan
„cushingoid“, supresi pada pitutary-adrenal axis, penurunan toleransi
karbohidrat, timbulnya gejala diabetes mellitus laten, peningkatan
kebutuhan insulin atau hypoglikemia oral, menyebabkan diabetes,
menghambat pertumbuhan anak, tidak adanya respon adrenokortikoid
sekunder dan pituitary, khususnya pada saat stress atau trauma, dan
sakit karena operasi.
- Mata : Katarak posterior subkapsular, peningkatan tekanan intrakranial, glaukoma dan eksophtalmus.
- Sistem imun : Penutupan infeksi, infeksi laten menjadi aktif,
infeksi oportunistik, reaksi hipersensitif termasuk anafilaksis, dapat
menekan reaksi pada test kulit.
|
|
.: Peringatan dan Perhatian :. |
- Pemberian obat dalam jangka lama dapat menyebabkan katarak
subkapsular, glaukoma, dan sekunder infeksi okular yang berhubungan
dengan jamur dan virus.
- Pemberian methylprednisolone dosis tinggi dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah, retensi garam dan air, peningkatan ekskresi
kalium dan kalsium, serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
jamur, bakteri dan virus
- Penderita yang mendapat terapi methylprednisolone jangan diberi
vaksinasi cacar. Vaksinasi lain hendaknya tidak diberikan terutama pada
pasien yang mendapat terapi methylprednisolone dosis tinggi karena
adanya kemungkinan bahaya dari komplikasi neurologik dan berkurangnya
respon antibodi.
- Pemberian obat pada pasien tuberkulosa laten atau reaktivitas
tuberkulin, harus disertai observasi lanjutan karena kemungkinan terjadi
reaktivasi dari penyakit tersebut. Selama terapi jangka panjang, pasien
harus diberi khemoprofilaksis.
- Pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus mempertimbangkan besarnya manfaat dibandingkan resikonya.
- Penggunaan pada penderita sirosis dan hipotiroid dapat meningkatkan efek kortikosteroid.
|
|
.: Interaksi Obat :. |
- Pemberian methylprednisolone bersama siklosporin meningkatkan efek
penghambatan metabolisme dan terjadinya konvulsi pernah dilaporkan.
- Obat-obat yang menginduksi enzim hepatik seperti phenobarbital,
phenytoin, rifampicin, rifabutin, Karbamazepin, Pirimidon, dan
aminogluthetimid dapat meningkatkan klirens methylprednisolone sehingga
untuk mendapatkan respon obat yang diharapkan diperlukan peningkatan
dosis.
- Trolendomycin dan ketokonazole menghambat metabolisme
methylprednisolone, sekaligus menghambat klirensnya, akan tetapi
pengukuran terhadap dosis harus dilakukan untuk menghindari toksisitas
steroid.
- Methylprednisolone dapat meningkatkan klirens kronik aspirin dosis tinggi, sehingga menurunkan kadar serum salisat.
- Pemberian aspirin bersama kortikosteroid harus diawasi pada pasien hipoprothrombin.
- Efek methylprednisolone terhadap antikoagulan bervariasi, umumya dapat menurunkan efek dari antikoagulan.
- Pernah dilaporkan steroid berinteraksi dengan bloking agen
neuromuskular seperti pankuronium dengan reversi parsial dari blok
neuromuskular.
- Steroid dapat mengurangi efek antikolinesterase pada myasthenia
gravis. Efek yang diharapkan dari senyawa hipoglikemik (termasuk
insulin), anti hipertensi dan diuretik antagonis dengan kortikosteroid
dan efek hipokalemia dari acetazolamide, loop diuretic, thiazide
diuretic dan carbenoxolone menjadi meningkat.
|
|
.: Lain-lain :. |
Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu 15 - 30oC |
No comments:
Post a Comment