ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT SARS
A. Pengertian
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
Severe
Acute Respiratory Syndrome
(SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat
yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini
belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).
SARS merupakan kedaruratan medis
yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang
normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa,
keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.
Secara proposional ada 2 definisi
kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable” sesuai kriteria WHO.
Definisi penderita suspect (diduga) mempunyai riwayat
sebagai berikut :
· Demam tinggi (> 380C /
100,40F) disertai dengan batuk atau mengalami kesulitan bernafas
ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat pajanan dalam 10 hari sebelum timbulnya
gejala klinis yaitu :
a. Pernah kontak dekat dengan penderita
suspect atau penderita probable SARS (seperti merawat penderita, tinggal
bersama, menangani sekret atau cairan tubuh penderita)
b. Dan atau adanya riwayat pernah
melakukan perjalanan kedaerah yang sedang terjangkit SARS
c. Dan atau tinggal didaerah yang
sedang terjangkit SARS.
Definisi penderita probable (mungkin) adalah penderita
suspect seperti yang disebutkan diatas disertai dengan :
a. Gambaran radiologis adanya infiltrat
pada paru yang konsisten dengan gejala klinis pneumonia atau Respiratory
Distress Syndrome (RDS) yang ada.
b. Atau ditemukannya coronavirus SARS
dengan satu atau lebih metoda pemeriksaan laboratorium.
c. Atau pada otopsi ditemukan gambaran
patologis RDS tanpa sebab yang jelas.
B. Etiologi
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru
teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari
kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahkota.
Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan
mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena
penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai
paru-paru, diantaranya :
1. Pneumonia
2. Tekanan darah yang sangat rendah
(syok)
3. Terhirupnya makanan ke dalam paru
(menghirup muntahan dari lambung)
4. Beberapa transfusi darah
5. Kerusakan paru-paru karena menghirup
oksigen konsentrasi tinggi
6. Emboli paru
7. Cedera pada dada
8. Overdosis obat seperti heroin,
metadon, propoksifen atau aspirin
9. Trauma hebat
10. Transfusi darah (terutama dalam
jumlah yang sangat banyak).
C. Faktor Predisposisi
· Faktor diri (host) : umur, jenis kelamin, status gizi,
kelainan congenital, imunologis, BBLR dan premature.
· Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan
terhadap infeksi, sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi
udara.
· Defisiensi vitamin
· Tingkat sosio ekonomi rendah
· Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
· Menderita penyakit kronis
· Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian
pengobatan yang salah.
D. Faktor Pencetus
Coronavirus adalah mayoritas agen
penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2
hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS
kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan
fiksasi. Seperti virus lain, corona
menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di
paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan
meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak
langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat
pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi
atau barang yang digunakan oleh pasien SARS.
E. Patofisiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan
oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan
mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar
selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare.
Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran
pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru
selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga
bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung
dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat
pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat
yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan
melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat penderita, tinggal satu rumah
dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau cairan tubuh dari
penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya penyebaran
udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan
tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS.
Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda
gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa
penularan
berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan
penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang
melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau
nebulasi.
F. Tanda dan Gejala
Suhu badan lebih dari 38oC,
ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek. Jika sudah terjadi
gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien penyakit ini, orang
bisa disebut suspect SARS. Kalau
setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal
pernapasan, orang itu bisa disebut probable
SARS atau bisa diduga terkena SARS.
Gejala lainnya sakit kepala, otot
terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-bintik merah pada
kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata
bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala
itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien. Tetap
diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit
ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin
juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati
akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi
semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai
sekarang.
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan
radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2)
Pada pemeriksaan fisik : dengan
menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal
(seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah
dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen).
3) Pemeriksaan yang biasa dilakukan
untuk mendiagnosis SARS :
§ Rontgen
dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi
udara)
§ Gas darah
arteri
§ Hitung
jenis darah dan kimia darah
§ Bronkoskopi.
4) Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5) Pemeriksaan Bakteriologis
: sputum, darah, aspirasi nasotrakeal
atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi,
biopsy
6) Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh
hasilnya dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi
antibody.
H. Penatalaksanaan
§ Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh
berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
-
Terapi oksigen
-
Humidifikasi dengan nebulizer
-
Fisioterapi dada
-
Pengaturan cairan
-
Pemberian kortokosteroid pada fase
sepsis berat
-
Obat inotropik
-
Ventilasi mekanis
-
Drainase empiema
-
Bila terdapat gagal nafas, diberikan
nutrisi dengan kalori cukup
Agen anti-bakteri secara rutin
diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non-spesifik dan cepat tes
laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS-cov virus dalam
beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang
sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen pernafasan
Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh
atau nosokomial pneumonia.
Setelah mengesampingkan patogen
lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek antibakteri mereka, beberapa
antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya
quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.
SARS dapat hadir dengan spektrum
keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien dengan penyakit ringan pulih
baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja.
Antibiotik
:
-
Idealnya berdasarkan jenis kuman
penyebab
-
Utama ditujukan pada S.pneumonia,
H.Influensa dan S.Aureus
I. Komplikasi
Komplikasi meliputi :
1.
Abses paru
2.
Efusi pleural
3.
Empisema
4.
Gagal nafas
5.
Perikarditis
6.
Meningitis
7.
Atelektasis
8.
Hipotensi
9.
Delirium
10.
Asidosis metabolic
11.
Dehidrasi
12.
Penyakit multi lobular
13.
Septikemi
14.
Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi
pengobatan farmakologis.
J. Prognosis
Angka
kematian melebihi 40%. Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik maka
kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat
rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke
kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai
alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbondioksida. Tanda
jasmani tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan
mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.
Pada penderita yang menjalani terapi
ventilator dalam waktu yang lama, cenderung akan terbentuk jaringan parut di
paru-parunya. Jaringan parut tertentu membaik beberapa bulan setelah ventilator
dilepas.
Penderita yang bereaksi baik
terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan
paru-paru jangka panjang.
K. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS :
1. Kaji terhadap nyeri, takipnea,
penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambungan, batuk, sputum purulen, dan
auskultasi bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi.
2. Perhatikan perubahan suhu tubuh.
3. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
4. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau
kambuhan, tidak berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi
jantung, dan superinfeksi.
5. Faktor perkembangan pasien : Umur,
tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan
mengerti tindakan yang dilakukan.
6. Pengetahuan pasien atau keluarga :
pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan
dan tindakan yang dilakukan.
L. Diagnosa Keperawatan
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
inflamasi dan obstruksi jalan nafas.
2.
Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral
tidak adekuat, takipneu, demam.
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis.
4.
Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi (kerusakan
organ)
5.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi (RR >24x/menit) atau hipoventilasi (RR <16x/menit).
No comments:
Post a Comment